Toleransi dalam Islam dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-Hari

Pembahasan tentang toleransi rasanya menjadi sesuatu yang sangat hangat dibicarakan. Dengan banyaknya masalah intoleransi yang terjadi di Indonesia hingga di negara-negara lainnya, ada banyak diskusi dan pembicaraan tentang bagaimana toleransi ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam hubungan antar masyarakat yang hidup di suatu wilayah. Namun, pada dasarnya telah ada pembahasan tentang toleransi ini, baik itu dari segi budaya dan juga agama. Masing-masing agama di Indonesia memiliki pemahaman tentang toleransi ini, dan dari semua itu bisa ditarik garis tengah untuk menjadi suatu pemahaman bersama. Tentu saja, dalam agama Islam juga telah ada pedoman tentang toleransi ini. Karena itulah, umat muslim di Indonesia dan seluruh dunia sebenarnya tidak perlu merasa bingung dengan hal ini.

Table of Contents

Arti Toleransi

Bila ditilik dari pemahaman yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), toleransi diartikan sebagai suatu sifat atau tindakan untuk mengenggang pendirian yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Kata “menenggang” sendiri bisa diartikan sebagai tindakan untuk membiarkan, menghargai, atau membolehkan pendirian tersebut. Pendirian ini sendiri meliputi pandangan, kebiasaan, kelakuan, dan tentu saja keyakinan atau kepercayaan pada suatu agama. Dari sini saja, sebenarnya sudah cukup jelas bahwa toleransi bukan berarti mencampuradukkan dua pendirian atau pandangan, tapi lebih untuk menghargai atau tidak melarang. Tentu saja, ini bisa dilakukan sejauh tidak saling menindas satu sama lain.

Dalam ajaran Islam sendiri, salah satu yang sering dijadikan pedoman adalah apa yang tertera pada surah Al-Kafirun. Di sana, dituliskan “lakum dinukum waliyadin”, yang bisa diartikan “bagimu agamamu, bagiku agamaku”. Dari pengertian ini, sebenarnya juda sudah cukup jelas. Adanya dua agama atau lebih tetap bisa saling beriringan, tapi tidak bisa saling bercampur atau mengganggu satu sama lain. Dengan demikian, satu dengan lainnya bisa berjalan beriringan, tapi tidak bisa dengan serta membaur karena akidah dan ajaran yang ada berbeda.

Toleransi sendiri bukanlah suatu tindakan untuk saling mencampuradukkan dua pendirian, atau dalam hal ini adalah suatu ajaran dan akidah suatu keyakinan atau agama. Dalam bentuk tindakan atau perilakunya, Al Quran juga sudah menyebutkan suatu contoh yang sangat jelas. Dalam surat Al Mumtahanah ayat 8-9, Allah SWT telah berfirman cukup jelas tentang bagaimana seorang muslim harus berperilaku baik pada pemeluk agama lainnya, selama itu tidak ada sangkut paut langsung pada ajaran dan akidah. Di surat tersebut, Allah tidak melarang umat Islam untuk berlaku baik dan adil pada orang yang memang tidak memerangi umat muslim. Allah berfirman bahwa Allah juga mencintai orang yang bisa berlaku adil.

Contoh Toleransi dalam Islam

Dalam sejarah umat muslim, sudah ada banyak contoh yang cukup nyata tentang bagaimana toleransi ini berjalan antara umat muslim dan non-muslim. Perlakuan baik dan perlindungan pada para umat non-muslim di masa perang menjadi bukti. Bahkan, di masa kejayaan Turki Ustmani yang menaklukkan Yunani, warga yang Kristen dan umat non-muslim lain diperlakukan dengan baik layaknya umat muslim, selama itu memang tidak masuk ke ranah akidah. Ini semua bisa menjadi rujukan bagi umat saat ini tentang bagaimana berperilaku dan bersikap dalam hidup bermasyarakat. Hal ini karena Indonesia sendiri memiliki penganut agama non-Islam, sehingga perjumpaan dan kerja sama antar pemeluk agama menjadi hal yang sangat sering terjadi.

Bahkan dalam sejarah perkembangan dan syiar Islam di bumi Nusantara, para Wali Songo juga tidak memusuhi para pemeluk agama lainnya. Bahkan, salah satu tokoh Wali Songo, Sunan Kalijaga, bisa memanfaatkan kekayaan budaya Jawa pada masa itu untuk dijadikan media untuk penyiaran agama. Syiar yang dilakukan beliau tidak mengubah akidah Islam, dan justru ini bisa dijadikan cara yang efektif agar masyarakat yang saat ini masuk belum memeluk agama Islam mampu mengenal, belajar, dan akhirnya menemukan jalan yang benar dengan menjadi umat muslim. Dari proses ini pula, sekarang ini masyarakat di Pulau Jawa dan pulau lainnya bisa memeluk agama Islam dan meneladan hidup Rasulullah dan berpegang pada Quran serta Hadits.

Selain itu, di masa awal masuknya agama Islam di Indonesia, para pedagang dan musafir muslim dari Arab dan negara lain datang ke berbagai wilayah di Nusantara untuk berdagang dan menyebarkan ajaran Islam dengan bersosialisasi. Ini menunjukkan bahwa hubungan dengan masyarakat yang waktu itu masih memeluk kepercayaan lokal dan kafir tidaklah menjadi masalah selama itu tidak mencampuri akidah dan mencampuradukkan keyakinan masing-masing. Bahkan, syiar agama Islam justru bisa dilakukan melalui interaksi sehari-hari.

Karena itulah, tidak ada masalah untuk berinteraksi dengan pemeluk agama dan keyakinan lainnya. Hidup bersama, saling bergotong royong dan membantu sama lain adalah sesuatu yang baik. Allah SWT pun juga telah berfirman untuk senantiasa berlaku adil dengan sesame umat muslim dan mereka yang non-muslim. Namun, ini semua sebatas pada kehidupan pada umumnya. Ketika itu masuk ke ranah keyakinan dan akidah, umat muslim harus memegang teguh akidahnya dan tidak bisa mencampuradukkan semuanya atas dasar toleransi. Bila tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang informasi ini, https://www.wajibbaca.com/ bisa dijadikan salah satu sumber informasi. Ada banyak bacaan menarik tentang Islam dan informasi lainnya. Dengan demikian, memperluas wawasan menjadi jauh lebih mudah.

Scroll to Top