Pada usia 7 bulan merupakan usia yang sangat pas untuk memberikna makanan pendamping ASI pada bayi. Ketika bayi sudah memasuki usia 6 bulan perkembangan otot leher bayi sudah cukup baik sehingga mereka sudah bisa diberikan makanan yang lembut seperti bubur karena mereka sudah bisa untuk menelannya. Ibu dapat berkereasi menggunakan bahan makanan untuk menu makanan pendamping ASI, tentunya bahan makanan yang kaya akan gizi. Salah satu bahan makanan yang biasanya dijadikan bahan makanan pendamping ASI adalah telur puyuh. Tapi sebenarnya bolehkan telur puyuh dijadikan bahan makanan pendamping ASI pada bayi 7 bulan.
Sebenarnya boleh-boleh saja menggunakan telur puyuh krena mengingat telur puyuh tinggi nilai gizinya namun apa bila bayi ada alergi pada telur sebaiknya jangan diberikan. Adapun cara yang benar memberikan telur puyuh pada bayi yaitu sebagai berikut.
- Berikan kuning telur
Jika bayi punya alergi terhadap susu sapi maka jangan dulu memberikan mereka makan telur puyuh. Tapi Anda masih bisa mengajarinya makan telur puyuh sedikit saja. Caranya dengan tidak memberikan putih telur puyuh dan hanya memberikan bagian kuningnya saja. Bagian putih bisa menjadi sumber alergi.
- Masak sampai matang
Perhatikan tingkat kematangan makanan yang akan diberikan pada bayi. Untuk menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan masaklah telur puuh secara matang sempurna akan lebih aman dikonsumsi bayi. Telur yang tidak matang sempurna jika masih terkandung bakteri akan menyebabkan bayi diare dan sakit perut.
- Jangan berikan setiap hari
Meskipun bayi sangat menyukai telur puyuh dan akan makan dengan lahap apa bila ada telur puyuh, jangan berikan setiap hati. Telur puyuh mengandung lemak jenuh yang kurang baik untuk tubuh bayi.
- Jangan direbus terlalu lama
Jika ingin memberikan telur puyuh pada bayi sebaiknya direbus dalam waktu yang cepat. Jangan merebus telur puyuh terlalu lama karena akan merusak kandungan nutrisinya. Tanda telur puyuh dimasak terlalu lama adalah bagian kuningnya ada yang berwarna terdapat warna biru keunguan. Hal ini dapat terjadi karena kandungan sulfur pada kuning telur sudah terurai karena suhu yang terlalu panas.